Senin, 02 Juni 2008

PENGGUNAAN KLASIFIKASI DALAM BERPIKIR

PENGGUNAAN KLASIFIKASI DALAM BERPIKIR

Disususn guna memenuhi tugas

Mata Kuliah Ilmu Mantiq

Dosen Pengampu: M. Anas

H:\imah\religi\Logo.JPG

MAKALAH

Oleh:

Siti Sholihah Na’imah

MA’HAD ‘ALIY

PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM

YOGYAKARTA

2008

BAB I

PENDAHULUAN

Berpikir telah kita rumuskan sebagai berbicara dengan diri sendiri di dalam batin. Sperti orang berbicara dengan memakai kata-kata, demikian orang berpikir menggunakan konsep atau pengertian-pengertian. Berpikir dengan jelas dan tepat menuntut pemakaian kata-kata yang tepat agar dapat berpikir dengan lurus. Maka dari itu diperlukan klasifikasi untuk menyelidiki persamaan dan perbedaan kata-kata menurut lingkungannya masing-masing.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengadaan penggolongan sesuatu menurut lingkungan masing-masing dengan jalan menyelidiki persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya.[1] Klasifikasi adalah pekerjaan budi untuk menganalisa, membagi-bagi, menggolong-golongkan, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut kesamaan dan perbedaannya.[2] Penggolongan ini penting sekali dalam proses pemikiran dan ilmu pengetahuan. Karena untuk mengupas suatu persoalan kita harus dapat menangkap bagian-bagiannya serta menguraikan unsure-unsurnya. Demikian pula dalam ilmu pengetahuan, ilmu alam dan ilmu hayat berkembang dengan klasifikasi makhluk-makhluk hidup dalam berbagai golongan. Seluruh kenyataan digolongkan menjadi satu kesatuan yang terperinci, sehingga dapat diketahui perbedaan dan persamaannya.

Klasifikasi (menurut: M. Ali Hasan, 1991) adalah pasal baru yang ditambahkan oleh Porphyrius (233-306 M) terhadap Organon karya Aristoteles dan diberinya nama Eisagoge. Porphyrius membagi sesuatu ke dalam lima bagian:

1. Jenis (genus/جنس)

Ialah himpunan golongan-golongan yang berbeda bentuknya, tetapi sama sifatnya. Seperti hewan yang didalamnya terhimpun golongan: manusia, monyet, kambing, anjing sampai dengan baksil-baksil yang paling kecil dan halus.

2. Golongan (spesies/ نوع)

Ialah sesuatu yang bersamaan bentuknya sama-sama memiliki sifat tertentu yang memisahkannya dari lingkungan golongan lain. Seperti manusia yang memiliki persamaan bentuk, tetapi sifat yang memisahkannya dari golongan lainnya yaitu kemampuan berpikir.

3. Pemisah (diferentia/ فصل)

Ialah satu atau beberapa tanda pengenal yang zati yang memisahkan hakekat suatu golongan dari golongan-golongan lain dalam satu jenis. Seperti kemampuan berpikir memisahkan manusia dari golongan-golongan: monyet, kambing, sapid an sebagainya dalam jenis hewan.

4. Sifat-khusus (proprium= property/ الخا صة)

Ialah satu atau beberapa tanda pengenal yang mendatang (tanda pengenal tambahan) yang dimiliki khusus oleh seluruh anggota golongan. Seperti kesanggupan belajar pada manusia yang menjadi sifat khusus dari dalam golongan manusia.

5. Sifat-umum (accidens=accident/ العرض العام)

Ialah satu atau beberapa tanda pengenal yang mendatang yang tidak khusus dimiliki oleh anggota-anggota satu golongan tetapi dimiliki pula oleh anggota-anggota dari golongan-golongan lain. Seperti hitam bagi manusia bukanlah satu sifat yang khusus baginya, tetapi anggota-anggota golongan lainpun dapat bersifat hitam.

B. Penggunaan Klasifikasi

Dalam berpikir sesuatu , terlebih dahulu perlu diselidiki lingkungan jenis dari sesuatu itu. Kemudian ditetapkan lingkungan golongannya dengan menyelidiki sifat-sifat yang menunjukkan hakekatnya (pemisah) atau sekurang-kurangnya sifat khusus karena sulit sekali untuk menemukan sifat pemisah. Orang tidak akan menemukan sifat pemisah antara pengertian kursi dan pengertian meja. Oleh karena itu orang beralih kepada sifat-sifat khusus yang dimiliki sesuatu.

Menentukan lingkungan jenis ataupun lingkungan golongan dengan jalan menentukan sifat-sifat yang menyatukannya dan memisahkannya, berarti melakukan azas pembagian setiap kelompok secara tertib. Azas pembagian secara tertib ini disebut fundamentum divisionis. Mengabaikan fundamentum divisionis ini dapat menyesatkan orang kepada pembagian-pembagian secara keliru yang mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam menetapkan pengertian yang benar. Seperti sesorang yang berkehendak membagi jenis alat pengangkutan (helicopter, delman, gerobak, kapal) ke dalam beberapa lingkungan golongan kemudian dibaginya kepada alat pengangkutan laut, alat pengangkutan udara, dan alat pengangkutan darat. Di sini kita jumpai kekeliruan pembagian karena helicopter termasuk alat pengangkutan udara, sedangkan delman dan gerobak termasuk golongan alat pengangkutan darat.[3]

C. Aturan-aturan Klasifikasi

1. Klasifikasi harus lengkap

Bila suatu hal dibagi-bagi, maka bagian-bagian yang kita perinci harus meliputi semua bagian sehingga jika bagian-bagian itu dijumlah lagi, hasilnya tidak kurang dan tidak lebih dari kesatuan yang dibagi-bagi tersebut. Di samping itu, pembagian harus cukup terperinci hingga dapat menampung segala kemungkinan.

2. Penggolongan harus sungguh-sungguh memisahkan

Artinya bagian yang satu tidak bpleh mengandung bagian yang lain, tidak boleh ada overlapping, tumpang-tindih, golongan harus dibedakan dengan jelas. Untuk itu, sebaiknya ada perlawanan antara bagian-bagian yang terperinci.

3. Penggolongan harus menurut dasar dan baris yang sama

Maksudnya harus konsekuen dan tidak memakai satu atau lebih dasar sekaligus dalam pembagian yang sama.

4. Penggolongan harus cocok untuk tujuan yang hendak dicapai.[4]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Klasifikasi

Ialah pekerjaan budi untuk menganalisa, membagi-bagi, menggolong-golongkan, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut kesamaan dan perbedaannya.

2. Penggunaan klasifikasi

Dalam berpikir sesuatu terlebih dahulu harus diselidiki lingkungan dari jenis sesuatu tersebut kemudian menentukan lingkungan jenis sesuatu tersebut.

3. Aturan-aturan penggolongan

a. Penggolongan harus lengkap

b. Penggolongan harus sungguh-sungguh memisahkan

c. Penggolongan harus menurut dasar atau garis yang sama

d. Penggolongan harus cocok untuk tujuan yang hendak dicapai

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M. Ali. Ilmu Mantiq Logika. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1991.

Poespoprodjo, W. Logika Ilmu Menalar edisi kedua. Bandung: Remadja Karya. 1989.



[1] M. Ali Hasan, Ilmu Mantiq Logika, (Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta),1991, hlm: 35.

[2] Dr. W. Poespoprodjo. L. Ph., S.S., Logika Ilmu Menalar edisi kedua, (Remaja Karya: Bandung),1989, hlm: 59.

[3] M. Ali Hasan, hlm: 40.

[4] Dr. W. Poespoprodjo, hlm: 61.

Tidak ada komentar: